Waspada Hepatitis B

oleh : dr. Immanuel Natanael Tarigan dan dr. Hendra Koncoro, SpPD

HEPATITIS B adalah infeksi pada hati yang serius yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Data Kementerian  Kesehatan tahun 2013 menyebutkan bahwa terdapat 18 juta penduduk Indonesia dengan hepatitis B positlf.

Sebanyak 50 persen dari pasien infeksi hepatitis B berpotensi menjadi infeksi kronis. Infeksi virus hepatitis B dapat menyebabkan infeksi akut (baru terjadi) dan infeksi kronis (berlangsung lama). Pada tahap infeksi kronis dapat terjadi risiko sirosis, kanker hati, atau gagal hati.

Kesulitan yang ditemui adalah infeksi virus hepatitis B saat akut sulit dikenali. Gejalanya tidak langsung terasa bahkan pada beberapa orang tidak bergejala. Pada fase akut gejala yang muncul dapat berupa kuning, terutama di mata dan kulit, mual muntah, demam, dan mudah lelah.

Pada kasus yang jarang, dapat menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, dan manifestasi perdarahan.  Pada fase kronis, biasanya muncul saat sudah terjadi sirosis. Keluhan yang sering dikeluhkan pasien adalah mata dan kulit menguning, perut membuncit, pembengkakan tungkai dan pelebaran pembuluh darah pada permukaan kulit.

Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan antigen dan antibodi hepatitis. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan pemeriksaan darah. Pemeriksaan lain diperlukan untuk mengetahui derajat kerusakan pada hati dengan pemeriksaan darah. Bila diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat gambaran hati.

Hepatitis B dapat ditularkan  melalui kontak dengan cairan tubuh pengidap hepatitis, seperti sperma dan cairan vagina. Beberapa faktor risiko adalah kontak seksual misalnya dengan berganti-ganti pasangan dan berhubungan seksual tanpa pengaman, berbagi jarum suntik bergantian, tertusuk jarum secara tidak sengaja, serta penularan dari ibu ke anak selama kehamilan dan persalinan.

Pada frekuensi yang kecil, dapat terjadi penularan melalui alat-alat lain, misalnya jarum tato dan alat cukur. Namun demikian, hepatitis B tidak akan menular dengan salaman, berpelukan, menggunakan alat makan atau handuk yang sama sehingga kita dapat hidup berdampingan dengan pasien hepatitis B.

Belum ada obat yang dapat menghilangkan infeksi virus hepatitis B. Pengobatan yang ada hanya untuk mengurangi gejala, meredakan rasa sakit, dan menjaga kenyamanan  pasien. Pada infeksi hepatItis B kronis dapat diberikan antivirus untuk menghambat produksi virus dan mencegah kerusakan hati. Walau demikian, pasien masih dapat menjalani hidup dengan layak termasuk berolahraga.

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi. Pada bayi, vaksinasi ini wajib diberikan karena termasuk dalam program imunisasi. Namun, orang dewasa, dari segala usia, dianjurkan  untuk mendapatkan  vaksinasi hepatitis B. Yang sangat disarankan untuk mendapat vaksinasi adalah orang yang memiliki lebih dari satu pasangan seksual, pengguna narkoba suntik atau memiliki pasangan pengguna/mantan   pengguna narkoba suntik, petugas medis, mereka yang tinggal dengan pasien hepatitis B, serta pasien dengan penyakit hati kronis dan ginjal.

Masyarakat juga perlu mendapat pengetahuan mengenai hepatitis B dari ahlinya. Dengan demikian, masyarakat dapat  menghidupi pola hidup sehat dan menghindari faktor-faktor risiko hepatitis B. Pengidap hepatitis B harus kontrol rutin ke dokter untuk mendapat pengobatan dan memantau progresivitas penyakit. Pengidap hepatitis B juga harus memiliki pengetahuan agar dapat hidup berdampingan dengan bukan pasien dan menghindari penularan HIV. Seminar awam adalah salah satu cara untuk masyarakat mendapatkan pengetahuan.

Kami harap Anda sehat senantiasa.

Dapatkan info kesehatan RS St. Carolus di Harian KOMPAS setiap hari Minggu

Layer_1(11)
Reservasi
Layer_1(11)
Reservasi

You cannot copy content of this page

Scroll to Top
Chat WhatsApp
1
Butuh Bantuan?
Halo Sahabat Sehat Carolus 🥰

Terima kasih atas kepercayaannya terhadap RS St. Carolus. Kami selalu berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan yang berkualitas, dokter & tenaga medis profesional serta, fasilitas lengkap & canggih.