ANGKA kematian akibat serangan jantung masih tinggi di dunia termasuk di Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah. Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2018, jumlah penderita penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat. Data BPJS Kesehatan juga menunjukkan pembiayaan penyakit jantung dari Rp 4,4 triliun pada 2014 menjadi Rp 9,3 triliun pada 2018.
Bila melihat data Riskesda 2018, prevalensi memang masih paling banyak di usia lebih 65 tahun. Akan tetapi, fakta yang ada di dunia menunjukkan, terjadi peningkatan prevalensi pada usia yang lebih muda. Bila ditanyakan definisi usia muda, terdapat beberapa definisi. Ada yang menyebut usia di bawah 45 tahun, beberapa secara bervariasi menggunakan rentang usia batas atas dari 35 tahun sampai 55 tahun.
Banyak penelitian mendapatkan, penyakit jantung koroner pada usia muda berkontribusi terhadap 2-6 persen seluruh kejadian serangan jantung. Pada penelitian di Amerika Serikat, peneliti memantau serangan jantung antara tahun 1995 sampai 2014, terdapat sekitar 28.000 kasus serangan jantung yang ternyata sekitar 30 persen terjadi pada usia di bawah 54 tahun. Sebagai data tambahan, angka kejadian serangan jantung pada usia di bawah 54 tahun itu menunjukkan peningkatan per tahunnya dari sekitar 25 persen di awal penelitian menjadi kisaran 32 persen di akhir penelitian.
Faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian serangan jantung pada usia muda ternyata masih sama dengan faktor-faktor yang biasa dibicarakan sebelumnya. Faktor-faktor risiko seperti diabetes melitus, hipertensi, merokok, kolesterol, dan kegemukan adalah faktor-faktor risiko yang umumnya ditemukan pada orang muda yang mengalami serangan jantung. Merokok tampaknya menjadi faktor yang harus digarisbawahi. Penelitian di China menunjukkan orang-orang muda yang mengalami serangan jantung, 70 persen di antaranya adalah perokok aktif dan 55 persen memiliki kebiasaan makan makanan tinggi lemak. Perokok berat di penelitian memiliki risiko 2 kali lipat terkena serangan jantung dibanding mereka yang bukan perokok.
Satu faktor lagi yang penting adalah faktor risiko keluarga, memiliki anggota keluarga dekat yang mengalami serangan jantung pada usia muda. Anggota keluarga laki-laki di bawah usia 55 tahun atau perempuan di bawah 65 tahun yang pernah didiagnosis penyakit jantung koroner, serangan jantung atau stroke adalah definisi faktor risiko keluarga. Penelitian menyebutkan, lebih dari 60 persen pasien yang mengalami serangan jantung pada usia muda memiliki faktor risiko keluarga. Ada peranan genetik pada kejadian serangan jantung pada usia muda. Faktor lainnya adalah penggunaan narkoba terutama kokain, penyakit autoimun, dan infeksi virus, seperti HIV dan pengobatannya.
Apa yang harus dilakukan untuk mencegahnya? Kembali lagi pada pengendalian faktor risiko. Kendalikan faktor-faktor risiko konvensional, seperti diabetes, hipertensi, kolesterol, kegemukan. Segera stop merokok, hindari makanan berlemak dan rajin olahraga. Kita tidak bisa mengendalikan faktor risiko seperti genetik. Bila memiliki riwayat keluarga penyakit jantung koroner usia muda, artinya kita harus mengendalikan faktor risiko lebih keras dibanding mereka yang tidak punya faktor risiko keluarga dan memulai uji kesehatan (medical check up) lebih dini. Hindari dan jauhi narkoba, bila memiliki penyakit autoimun atau adalah penderita HIV tanyakan dokter yang merawat tentang deteksi dini dan pencegahan serangan jantung.
Mari, terus berupaya untuk hidup sehat dan cegah serangan jantung pada usia muda. Kami harap Anda sehat senantiasa.
