Menjadi Mitra Kesehatan Keluarga Terpecaya yang memberikan layanan medis dan keperawatan bertaraf internasional, didukung teknologi medis & digital tepat guna, sebelum tahun 2025.
Memulihkan kesehatan pasien dengan memberikan layanan kesehatan yang bermutu dan aman dengan sikap belarasa, hormat terhadap kehidupan tanpa membedakan agama, ras, suku, golongan dan status sosial.
Konsisten, profesional, jujur, bertanggung jawab dan sepenuh hati
Ikut merasakan, memahami dan berani bertindak
Menjamin kualitas layanan dan nyaman
Menghormati dan menghargai
Membuat perubahan, konstruktif dan inovatif
Sejumlah tokoh awam Katolik Batavia di bawah pimpinan Mgr. Edmundus Sybrandus Luypens SJ (Vikaris Apostolis Batavia), Pastor Sondaal SJ, Pastor van Swieten SJ, Bp. Karthaus, berinisiatif mendirikan sebuah rumah sakit Katolik di Batavia.
Awal 1915 Mdr. Lucia Nolet, (Pemimpin Umum Suster-suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus 1914-1926) menerima tawaran Mgr. Luypens, SJ untuk membuka karya misi di Hindia Belanda – Batavia.
Karena situasi perang dunia pertama saat itu, maka baru pada tanggal 22 Juni 1918, Sepuluh Suster CB dari Negeri Belanda berangkat ke Batavia dengan kapal laut, dan tiba di Tanjung Priok pada tanggal 7 Oktober 1918.
Operasi Katarak yang dilakukan oleh seorang dokter di RS St. Carolus di Tahun 93an
Presiden Soeharto pernah dirawat di RS St. Carolus pada tahun 1980
Pada tanggal 21 Januari 1919 Pelayanan Kesehatan St. Carolus dimulai dan diberkati oleh Mgr. E.S Luypen, SJ dengan kapasitas 40 tempat tidur.
RS St. Carolus mendapat predikat RS Sayang ibu dan bayi
Rancangan Gedung St Carolus Borromeus 2016
Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gedung Medik St. Carolus Borromeus
Gedung Medik St. Carolus Borromeus sekarang
Pemberkatan Gedung Medik St. Carolus Borromeus oleh Mgr. Ignatius Suharyo
Berbagai penghargaan yang didapatkan oleh Rumah Sakit St. Carolus dalam kurun waktu tahun 1990-an sampai tahun 2018, antara lain :
RS St. Carolus telah bekerja sama dengan Smile Train sejak tahun 2008 sampai sekarang, melayani lebih dari 500 pasien tidak mampu. Syarat minimal yang diperlukan adalah surat keterangan tidak mampu dan pasien dalam keadaan sehat sebelum menjalani operasi. Syarat medis lainnya ditentukan oleh dokter spesialis bedah plastik yang sudah sangat berpengalaman di rumah sakit kami yaitu Dr. Teddy, OHP, Sp. BP dan dr. Irinawati, Sp.BP, didukung oleh tim medis lainnya (dokter anak, dokter anestesi, staf keperawatan). Tak hanya membantu operasi saja, Smile Train juga mendukung program - program peningkatan kemampuan seluruh sumber daya manusia serta faktor pendukung lain. Manajemen RS St. Carolus berharap kerjasama yang baik dengan Smile Train dapat ditingkatkan dan berlanjut terus, karena selaras dengan visi dan misi RS St. Carolus yang hampir menginjak usia ke-100 tahun.
Smile Train merupakan suatu organisasi yang berkantor pusat di Amerika Serikat dan memiliki cabang di berbagai negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Organisasi ini bergerak dalam bidang kemanusiaan yang membantu mengurangi angka kelainan deformitas pada bagian bibir, langit-langit, serta bibir dan langit yang selalu kita dengar seperti sumbing. Organisasi mendukung dengan pendanaan pelaksanaan operasi secara gratis.
Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi contact person program yaitu dr. Yohanes G ( WA : 082111489205 atau via call center RS St. Carolus )
Kebutaan akibat katarak di Indonesia masih tinggi, terutama dikalangan warga kurang mampu dan tentunya menjadi beban yang besar baik pasien dan juga keluarga. Prevalensi kebutaan di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara, yaitu 1,5%, dengan 52% dari jumlah tersebut (0,78%) disebabkan oleh katarak. Dalam kaitan dengan kelompok usia, prevalensi kebutaan katarak ditemukan semakin tinggi seiring bertambahnya umur, yaitu 20/1000 pada kelompok usia 45-59 tahun, dan tertinggi (50/1000) pada kelompok usia >60 tahun. Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 melaporkan bahwa pada tahun 2025, jumlah penduduk kelompok usia >55 tahun diperkirakan akan meningkat menjadi 61 juta, yaitu sekitar seperempat keseluruhan penduduk Indonesia.
RS St. Carolus sebagai lembaga pelayanan kesehatan melihat kondisi ini tergerak untuk ikut ambil bagian mengatasi masalah ini. Kesungguhan pihak manajemen RS St Carolus diwujudkan dengan membentuk Tim Bakti Sosial Katarak RS St Carolus, yang terdiri dari seluruh dokter spesialis mata RS St Carolus dan dibantu paramedis dan non medis. Karena itu sejak tahun 2007, sebagai salah satu wujud Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility atau CSR) bekerjasama dengan PERDAMI JAYA dan menggandeng beberapa pihak , RS St. Carolus mengadakan operasi katarak gratis untuk warga yang kurang mampu.
Bakti sosial operasi katarak meliputi 3 tahapan , yaitu skrining pasien, operasi katarak dan follow up. Skrining pasien adalah tahap pemeriksaan awal pasien untuk menegakkan diagnosis katarak dan menyingkirkan kondisi penyakit lain yang bisa menjadi penyulit saat operasi katarak. Selain itu juga pasien adalah yang benar-benar warga tidak mampu, yang dibuktikan dengan surat keterangan dari RT/RW atau pihak terkait. Tahap 2 adalah operasi, dilakukan di Ruang operasi RS St. Carolus dengan standar operasi sesuai ketentuan PERDAMI dilakukan oleh dokter spesialis mata RS St Carolus dan beberapa dokter tamu anggota PERDAMI. Tahap 3 adalah follow up setelah operasi, yaitu pemeriksaan pasien post operasi yang dilakukan oleh dokter spesialis mata dan dibantu tim baksos, untuk melihat adakah komplikasi pasca operasi. Follow up dilakukan 3 kail, yaitu hari 1, 1 minggu dan 3 minggu pasca operasi. Setiap follow up, pasien akan diberi obat tetes mata. Seluruh tahapan adalah gratis.
RS St. Carolus melalui Tim Bakti Sosial Katarak, berkomitmen untuk bisa terus menjalankan program ini untuk meringankan beban warga yang tidak mampu dan menderita katarak. Dalam era JKN, memang masyarakat sudah tercover oleh program BPJS, karena itu kegiatan ini akan lebih selektif lagi bagi warga yang belum tercover.
Kompleks Rumah Sakit St. Carolus seluas 4 hektar semakin berkembang dengan adanya Gedung Medik St. Carolus Borromeus setinggi 8 lantai dengan 3 lantai basement. Adanya gedung baru ini membuka peluang untuk meningkatkan cakupan dan kualitas layanan sehingga dapat mencakup seluruh lapisan masyarakat.
Bangunan ini akan digunakan untuk :
Instalasi Gawat Darurat (IGD) akan menempati sebagian besar lantai 1 dengan akses langsung dari Jalan Salemba Raya. IGD ini ditunjang oleh Instalasi Radiologi dan Instalasi Laboratorium untuk menjamin kecepatan penegakan diagnosa. Cluster Instalasi Rawat Jalan menempati 4 lantai Gedung Medik St. Carolus Borromeus di atasnya. Sistem cluster ini adalah sistem layanan yang modern, terintegrasi dan terkelompok sehingga memungkinkan pelayanan yang lebih cepat, efektif dan nyaman. Beberapa sistem cluster yang akan dikembangkan adalah cluster Pediatri (Anak), Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Tulang dan Sendi, Medical Check Up, Onkologi, Digestif, dan lain-lain.
FASILITAS | ||
Basement 1 - 3 | : | Parkir 238 Mobil |
Lantai 1 | : | UGD, Farmasi, Radiologi, Pelayanan Administrasi & Rekening Pasien, Kafe & Galeri ATM |
Lantai 2 | : | Poli Penyakit Dalam, Poli Paru, Poli Syaraf , Poli Jantung, Kamar Tindakan, Pelayanan BPJS Terpadu |
Lantai 3 | : | Poli Anak, Poli Kebidanan dan Kandungan, Baby Spa, Ruang Senam Ibu Hamil |
Lantai 4 | : | Poli Mata, Poli Kulit dan Kelamin, Poli THT, Poli Bedah Umum, Poli Bedah Urologi, Poli Gigi |
Lantai 5 | : | Poli Bedah Orthopedi, Poli Psikiatri, Poli Psikolog, Poli Bedah Digestif, Poli Bedah Onkologi, Uji Kesehatan, Klinik Eksekutif |
Lantai 6 | : | Auditorium Stella Maris, Rehabilitasi Medik Eksekutif, St. Mary Garden |
Lantai 7-8 | : | Rawat Inap (Executive Room & Suite Room) |